Proses berkembangnya suatu negara diawali dengan adanya pembentukan suatu negara, adanya pembetukan suatu negara maka sudah melewati proses yang sangat panjang dan juga melewati tahap-tahap yang sulit. Pada dasarnya, suatu negara terbentuk karena ada semangat atau nasionalisme dari suatu bangsa yang tentunya memiliki tekad untuk membangun masa depan dan tidak lagi bergantung pada negara atau kekuatan lain. Negara adalah sebuah organisasi pokok dalam kekuasaan politik dan negara merupakan bentuk lain dari kumpulan masyarakat yang memiliki kekuasaan serta berhak untuk menetapkan tujuan dari kehidupan mereka bersama dalam bernegara (Patmasari, 2016). Dalam bernegara, setiap warga negara memiliki kewajiban secara seimbang dalam mentaati segala aturan negara yang dimana telah ditetapkan yang bertujuan agar nantinya negara dapat mewujudkan cita-citanya yaitu hidup makmur dan juga sejahtera. Melihat hal tersebut, maka dapat dilihat bahwa Pakistan salah satu negara yang ada di Asia Selatan pada akhirnya menjadi negara juga hasil dari tekad untuk membangun masa depan dengan ideologi mereka sendiri. Sampai pada akhirnya Pakistan dibagi menjadi dua yaitu Pakistan Timur dan Pakistan Barat dimana pusat pemerintahan ada di Pakistan barat (Mtsweni et al., 2020).
Berbicara mengenai berpisahnya Bangladesh dari Pakistan, maka tidak akan lepas dari sejarah awal Pakistan yang keluar dari India pada tahun 1947. Pada saat itu India terpecah menjadi dua yaitu Republik India dan juga Republik Islam Pakistan yang berada pada dua daerh, yaitu ada daerah barat dan juga daerah timur. Jika didaerah barat biasa dikenal dengan daerah perbatasan Pubjab dan daerah timur yang lebih dikenal saat ini menjadi sebuah negara yang ada dikawasan Asia Selatan yaitu Bangladesh (Kulkarni-Joshi, 2019).
Bangladesh adalah salah negara yang berdiri hasil dari perpercahan India-Pakistan kemudian Pakistan terbagi menjadi barat dan timur. Hal ini terjadi karena berawal dari invasi yang dilakukan India pada Pakistan Timur dan hal ini sangat berpengaruh buruk pada keamanan wilayah negara pakistan saat itu. Sampai pada akhirnya tentara Pakistan yang berjumlah kurang lebih 90 ribu menyerah dari pasukan India yang sudah memiliki kekuatan militer yang cukup mapan pada era itu. Kekalahan ini juga dipengaruhi karena Pakistan Timur yang mendeklarasikan kemerdekaan menjadi negara Bangladesh (Wicaksono, 2018).
Sehingga jika dilihat dari faktor yang mempengaruhi Pakistan pecah menjadi Bangladesh ialah ini sangat dipengaruhi oleh adanya faktor bahasa, dimana penggunaan bahasa urdu menjadi bahasa nasional Pakistan. Sementara Pakistan Timur yang menggunakan bahasa Bengali sebagai bahasa utama mereka (Patmasari, 2016). Kemudian faktor ekonomi juga menjadi faktor utama karena melihat Pakistan Barat dan Pakistan Timur tidak dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang diketahui bahwa Pakistan Barat adalah daerah pegunungan sehingga sangat sulit untuk mendapatkan listrik, air, dan kebutuhan pokok lainnya. Hal ini cukup berbeda dengan Pakistan Timur yang sangat jauh dari wilayah barat dan Pakistan Timur lebih condong kepada perdagangan di pelabuhan India. Dengan banyaknya perbedaan antara timur dan barat inilah mulai timbul keinginan untuk memisahkan diri dari Pakistan (Patmasari, 2016).
Bangladesh sudah memikirkan untuk mendeklarasikan kemerdekaannya saat Inggris memutuskan untuk mengakhiri kekuasaanya dan tidak sedikit konflik yang terjadi di antara Pakistan Timur dan Barat. Dua wilayah ini kerap bersiteru mengenai hal apapun. Baik itu dari masalah budaya, sampai kepada India yang dulunya pernah memisahkan wilayah barat dan timur pada saat Pakistan masih bagian dari India. Pemisahan wilayah barat dan timur inilah yang membuat Pakistan Barat semakin berkobar api semangat untuk memisahkan diri (Mukti & Puspitasari, 2019).
Pada masa perjuangannya untuk melakukan kemerdekaan Bangladesh, negara tetangga India tidak lepas dari campur tangan tokoh Bangladesh yaitu Sheikh Mujiburrahman yang sampai saat ini menjadi tokoh penting di Bangladesh. Pada tahun 1951, Mujib mulai memimpin satu gerakan untuk melakukan protes dan unjuk rasa dalam Gerakan Bahasa Bengali yang dimana ini di ikuti oleh mahasiswa. Gerakan ini bisa dikatakan sebagai usaha politik di Pakistan Timur untuk menjadikan bahasa Bengali menjadi bahasa resmi di Pakistan Timur. Sampai pada tahun 1956 bahasa Bengali mendapat status resmi oleh pemerintah. Sehingga inti dari perpisahan Bangldesh dari Pakistan adalah masalah ekonomi yang tidak dapat diselesaikan oleh pemerintahan Pakistan dan juga masalah politik perihal perbedaan bahasa yang begitu penting bagi masyarakat Pakistan Timur atau Bangladesh(Jha, 2012)
Sumber Referensi
Arifin, M., & Wahyudi, F. E. (2021). Analisis Kepentingan Nasional Bangladesh dalam Kebijakan Penghentian Penerimaan Pengungsi Rohingya. 7(2019), 34–48. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jihiBailusy, M. K. (2000). Dinamika Politik Lokal. Simposium Internasional Jurnal Antropologi Indonesia I, 401–412.
Ilyas, M. A. (2019). Islam dalam Demokrasi Bangladesh negara , seperti yang banyak ditemukan dalam jurnal-jurnal demokrasi . Diantaranya pandangan K Kinzelbach , peneliti Global Public Policy tiap bangsa untuk mendefenisikan demokrasi sesuai dengan kearifan dan demokrasi . Se. Kajian Keislaman Dan Kemasyarakatan, 4(1), 12.
Jha, R. (2012). Routledge handbook of South Asian economics. Routledge Handbook of South Asian Economics, 1–328. https://doi.org/10.4324/9780203827796
Kulkarni-Joshi, S. (2019). Linguistic history and language diversity in India: Views and counterviews. Journal of Biosciences, 44(3). https://doi.org/10.1007/s12038-019-9879-1
Mtsweni, E. S., Hörne, T., Poll, J. A. van der, Rosli, M., Tempero, E., Luxton-reilly, A., Sukhoo, A., Barnard, A., M. Eloff, M., A. Van Der Poll, J., Motah, M., Boyatzis, R. E., Kusumasari, T. F., Trilaksono, B. R., Nur Aisha, A., Fitria, -, Moustroufas, E., Stamelos, I., Angelis, L., … Khan, A. I. (2020). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標に関する共分散構造分析Title. Engineering, Construction and Architectural Management, 25(1), 1–9. http://dx.doi.org/10.1016/j.jss.2014.12.010%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.sbspro.2013.03.034%0Ahttps://www.iiste.org/Journals/index.php/JPID/article/viewFile/19288/19711%0Ahttp://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.678.6911&rep=rep1&type=pdf
Oleh Nada Riviani Maulidia, Mahasiswi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang
Komentar
Posting Komentar