Langsung ke konten utama

Benazir Bhutto dan Dinamika Partisipasi Politik Perempuan di Pakistan

        Negara Pakistan  yang berdiri di tanggal 14 Agustus 1947 merupakan negara yang memiliki mayoritas penduduk beragama Islam dan telah mengakar,  pandangan hidup serta ajaran Islam telah menjadi identitas khusus di negara tersebut sehingga dalam penerapan politiknya negara Pakistan didasari dengan hukum Islam. Perkembangan perpolitikan di negara Pakistan Semakin menonjol dan berpacu terhadap  ajaran Al-Qur’an dan hadist terutama  di masa kepemimpinan Zia Ul Haq  di tahun 1977 sampai dengan 1988, ia  menjadi presiden keenam melalui kudeta militer namun penduduk Pakistan sangat  mendukung pemerintahan yang diterapkan Zia Ul Haq  hal ini dikarenakan Dalam menjalankan pemerintahannya  mulai dari strategi militer sampai dengan strategi perekonomian didasari dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama Islam. Seperti kebanyakan para pemimpin yang ada di dunia masa kejayaan Zia Ul Haq dalam menjalankan pemerintahannya mulai mengalami kemunduran dikarenakan   tidak melakukan perubahan terhadap sistem pemerintahan yang dijalankan, Pemerintahan jauh dinilai menjadikan Islam sebagai alat dalam politiknya dikarenakan hal tersebut meskipun mengalami kemunduran kekuasaan Zia Ul Haq masih tetap dominan dalam pemerintahannya akan tetapi kemunculan oposisi  khususnya Benazir Bhutto Menciptakan dualisme politik di Pakistan. Meskipun pemerintahan Zia Ul Haq Berdasarkan  ajaran Al-Quran dan hadis Namun Dalam praktiknya terutama di dalam politiknya pemerintahan tersebut Mendiskriminasi pemimpin politik perempuan hal ini Tentunya  tidak sesuai dengan  nilai-nilai Al-Quran dan Hadist hal ini menciptakan budaya Patriarki yang cukup mengakar di pakistan.(Natalia 2017).

        Salah satu penyebab rendahnya tingkat partisipasi politik perempuan di tahun 1947 sampai dengan 1954 dikarenakan kuota yang disediakan oleh pemerintah bagi perempuan di kursi pemerintahan hanya 3%,  Selain itu ketidakstabilan politik yang terjadi di Pakistan  membuat partisipasi perempuan di dalam politik belum dianggap sebagai isu yang penting di Pakistan. Kondisi diskriminatif terhadap perempuan di ranah politik semakin meningkat di masa kepemimpinan ziaulhaq di mana Iya membatasi pergerakan perempuan di Pakistan sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi mereka untuk dapat berpartisipasi di dalam politik di Pakistan. Sebagai negara demokrasi partisipasi aktif oleh perempuan dan laki-laki dalam pengambilan keputusan politik negaranya merupakan hal yang penting meskipun keikutsertaan perempuan dalam proses politik bukanlah hal yang harus dicapai akan tetapi partisipasi perempuan di dalam politik memberikan kesempatan bagi perempuan untuk dapat menghadirkan pemilu yang bebas dan adil guna membangun masyarakat yang demokratis seperti seharusnya.(Ristias 2019) Rendahnya partisipasi perempuan di dalam politik di Pakistan dikarenakan terdapatnya sejarah diskriminasi terhadap perempuan di Pakistan serta terjadinya kondisi radikalisasi Islam  dan dan juga ke ke ikut serta dan ke kebijakan mengambil keputusan yang semakin memperparah kondisi perpolitikan dan kondisi demokrasi di Pakistan. Kebijakan Islamisasi Pakistan yang diterapkan  di Di masa kepemimpinan Zia Ul Haq Memiliki  dampak yang cukup besar terhadap Budaya patriarki di Pakistan di mana dimasa kepemimpinan tersebut laki-laki memiliki banyak Kesempatan Dalam melakukan aktivitas seperti bersekolah sampai dengan aktivitas lainnya akan tetapi   kebijakan  tersebut justru membatasi pergerakan perempuan di Pakistan. Selain sejarah diskriminatif   serta Budaya patriarki di Pakistan  pembunuhan terhadap oposisi politik juga merupakan  Penyebab rendahnya partisipasi perempuan di dalam perpolitikan di Pakistan (Murni 2007).

      Salah satu contoh pembunuhan oposisi politik di Pakistan ialah saat penggulingan serta penjatuhan hukuman mati terhadap Zulfikar Ali bhutto yang mana Ia merupakan ayah benazir bhutto dan juga presiden yang digulingkan oleh Zia Ul-Haq, Pemberlakuan tidak adil terhadap Zulfikar Ali bhutto merupakan salah satu latar belakang Mengapa benazir bhutto Terjun ke dunia politik. Rasa ketidakadilan yang dirasakan benazir bhutto menjadikannya Sebagai seorang pemimpin perempuan yang tangguh dan berani yang di mana Ia selalu menjadi oposisi dan selalu melawan suatu kebijakan yang tidak sesuai dengan pemikirannya Selain itu ia juga bertekad untuk mengembalikan nama baik dari Zulfikar Ali bhutto. Dalam mencapai tujuannya dan menerapkan nilai-nilai demokrasi di Pakistan benazir bhutto  bertekad untuk menghapuskan diskriminasi terhadap perempuan melalui penghapusan kebijakan yang yang membatasi pergerakan perempuan lalu memperbaiki sistem pendidikan dan agar perempuan lebih bebas dalam mengambil dan menjalankan pendidikan serta memperbaiki sistem ekonomi dan politik agar partisipasi perempuan di dalam politik di Pakistan semakin meningkat. (Sabir 2018).

        Benazir bhutto memiliki latar belakang pendidikan di dimana ia pendidikannya di  Oxford University dengan jurusan filsafat politik dan ilmu ekonomi,  bersekolah Membentuk cara berpikir benazir yang lebih Demokrat Sehingga dalam hal memandang sebuah gerakan politik benazir bhutto memiliki pandangan yang lebih luas dan juga menghasilkan berbagai karya tulis yang banyak menerima pujian seperti karya tulis yang berjudul rekapitulasi Islam Juga beberapa karya lain yang kritikan mengenai peradaban Islam serta perkembangan demokrasi dan juga kehidupan demokrasi di barat dimana kebanyakan tulisan tulisan tersebut berisikan kritik terhadap kondisi perpolitikan di Pakistan. Benazir bhutto  Memandang bahwa  Sistem pemerintahan Pakistan tidaklah demokrasi dikarenakan pada saat itu Zia Ul Haq Memandang Islam dan demokrasi tidak dapat berjalan beriringan akan tetapi menurut pandangan benazir bhutto Islam dan demokrasi dapat berjalan beriringan sesuai dengan ajaran yang dikatakan di Al-Quran. Di tahun 1988 benazir bhutto terpilih sebagai perdana menteri di Pakistan  hal ini ini menyebabkan benazir bhutto dikenal sebagai perempuan pertama yang memperjuangkan dan menegakkan nilai demokrasi di Pakistan. Dalam prakteknya benazir bhutto terus berusaha menciptakan ruang dan meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk aktif di perpolitikan Pakistan akan tetapi kebijakan-kebijakan yang diterbitkan oleh benazir bhutto tidaklah berjalan lancar dikarenakan munculnya hambatan oleh  partai-partai yang dulunya mendukung Zia Ul-Haq. Benazir bhutto mulai meningkatkan kesempatan bagi perempuan untuk menempuh pendidikan di Pakistan hal ini agar dapat meningkatkan partisipasi perempuan di perpolitikan Pakistan.(Imam 2009).

        Benazir bhutto berperan penting dalam peningkatan partisipasi politik perempuan di Pacitan hal ini dilatarbelakangi oleh kematian sang ayah serta ketidakadilan  Pemimpin-pemimpin Pakistan di masa sebelumnya Di mana para pemimpin pemimpin tersebut mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang membatasi pergerakan perempuan serta semakin menanamkan budaya patriarki di Pakistan,  hal tersebut tentunya tidak sesuai dengan penerapan demokrasi  dikarenakan pemimpin-pemimpin tersebut Memandang bahwa  nilai-nilai Islam tidak sejalan dengan nilai-nilai demokrasi akan tetapi benazir bhutto memandang sebaliknya Hal ini dikarenakan Latar belakang pendidikan benazir bhutto yang telah cukup tinggi di mana ia telah mempelajari demokrasi secara langsung dari Amerika dan juga Inggris. Langkah-langkah benazir bhutto dalam meningkatkan partisipasi  perempuan Di dalam perpolitikan di Pakistan dimulai dari peningkatan dan pemberian kesempatan bagi perempuan Pakistan untuk dapat menjalankan pendidikan lebih leluasa serta aktivitas lain yang lebih bebas hal ini sangat bertolak belakang dengan kebijakan pemimpin-pemimpin sebelumnya Yang mana mereka membatasi pergerakan perempuan mulai dari pendidikannya sampai dengan  aktivitas luar rumah lainnya. Meskipun begitu benazir bhutto tetap mendapati oposisi yang tidak setuju dengan kebijakan kebijakan yang mendukung perempuan  pada masa pemerintahannya


Daftar Pustaka

Imam, Khoirul. 2009. “Politik Benazir Bhutto; Analisis Terhadap Keberhasilan Menjadi Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988 Dan 1993.”

Murni, N. S. 2007. “Politik Benazir Bhutto Dalam Perebutan Kekuasaan Di Pakistan Tahun 1979-1988.”

Natalia, Deci. 2017. “Perjuangan Benazir Bhutto Dalam Pentas Politik Di Pakistan Tahun 1977-2007.” Jurnal Farmasi (Lmx).

Ristias, R. A. 2019. “Peranan Benazir Bhutto Dalam Meningkatkan Intelektualitas Wanita Di Pakistan Tahun 1988-1996.”

Sabir, Husnul Ummahat. 2018. “UPAYA BENAZIR BHUTTO DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK PAKISTAN TAHUN 1988-1990.” Analytical Biochemistry 11(1):1–5.


Oleh Rahmat Beryan, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Regionalisme Wilayah Kawasan Asia Selatan (SAARC)

     SAARC atau South Asia Association for Cooperation adalah sebuah organisasi regional yang berada di Asia Selatan yang berdiri pada 8 Desember 1985. beranggotakan negara negara di Asia Selatan antara lain adalah India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Maldives dan juga Afghanistan, Organisasi ini dibentuk dikarenakan masalah masalah yang berada di Kawasan Asia Selatan tidak bisa hanya diselesaikan dalam lingkup domestik saja, melainkan membutuhkan bantuan dari negara negara tetangga terutama dalam satu kawasan regional. Presiden Bangladesh yakni Ziaur Rahman adalah salah satu pelopor berdirinya SAARC dan kemudian diadakan beberapa pertemuan di beberapa negara hingga pada 8 December 1985 SAARC resmi dibuat dan memiliki kantor pusat di Nepal .      Pembentukan SAARC sejatinya disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya dilatarbelakangi oleh negara-negara Asia Selatan yang tidak dapat mengelola sumber daya manusia dan alamnya yang melimpah secara memadai. Selain itu

Pengaruh Pertumbuhan Penduduk di Kawasan Asia Selatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

     Asia Selatan merupakan wilayah yang menempati sebanyak 3,4 persen saja dari luas daratan yang ada di dunia, wilayah Asia Selatan ini merupakan rumah bagi sekitar 24 persen dari populasi dunia dan hal tersebut menjadikan Asia Selatan menjadi tempat yang begitu padat penduduknya. Banyaknya isu kemiskinan yang sedang menjadi perhatian utama dari setiap negara termasuk wilayah Asia Selatan, dimana tingkat dari pertumbuhan penduduknya yang begitu tinggi dan ketidak adanya kesejalanan dari pertumbuhan ekonomi dan hal tersebut menjadi buruk dan dapat membuat banyak orang akan mengalami kondisi kemiskinan.      Dalam segi sejarah, fenomena kemiskinan dapat dikaitkan dengan beberapa tingkatan pendapatan. Dimana ketika seseorang dapat dikatakan memiliki kekurangan dalam segi perekonomian dan juga kehilangan sumber daya yang dibutuhkan yang digunakan untuk bertahan hidup seperti makanan, barang, dan juga fasilitas yang digunakan. Dalam lingkup internasional seperti yang telah disebutkan Worl

Karaktertistik kawasan Asia Selatan

Asia Selatan merupakan suatu wilayah di sisi selatan benua Asia, wilayah ini terdiri dari daerah-daerah di sekitar anak benua India. Wilayah Asia Selatan sejatinya berbatasan dengan Asia Barat, Tengah, Timur serta Tenggara. Wilayah ini terdiri dari delapan negara berupa; India, Pakistan, Bangladesh, Bhutan Afghanistan, Maladewa, Nepal, serta Sri Lanka. Negara-negara yang berada pada kawasan Asia Selatan rata-rata merupakan negara berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga tidak aneh jika kawasan Asia Selatan merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa potensi kawasan Asia Selatan yang cukup menjanjikan sebagian besar dikarenakan sumber daya alam dan manusianya. Asia Selatan adalah produsen beras terbesar yang produsen itu berasal dari India, Bangladesh dan Pakistan. Sorgum, kapas, gandum, dan tebu juga terbilang umum di Asia Selatan, khususnya India dan Pakistan. Industri pariwisata Asia Selatan juga mulai tumbuh dan berkem