Langsung ke konten utama

Potensi Ekonomi Negara Bangladesh

    Bangladesh merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia Selatan dengan jumlah penduduk kurang lebih sekitar 165.000.0000 jiwa dan berada pada urutan ke 8 besar di dunia. Bangladesh terbentuk karena memisahkan diri dari Pakistan pada tahun 1971. Semenjak memisahkan diri dari Pakistan, banyak pihak-pihak luar yang meragukan bahkan menganggap sebelah mata terhadap pembangunan ekonomi Bangladesh yang mana pada saat itu banyak tantangan pembangunan ekonomi yang dihadapi oleh Bangladesh pada awal berdirinya Bangladesh setelah merdeka dan memisahkan diri dari Pakistan. Adapun tantangan yang dihadapi oleh Bangladesh cukup beragam diantaranya yaitu ekspor yang masih bergantung pada hasil agraris dan bahan-bahan mentah, adanya permasalahan kelaparan yang berkepanjangan, adanya bencana alam, dan juga sistem pemerintahan Bangladesh yang masih belum stabil pada saat itu. Hal tersebutlah yang menjadi tantangan pembangunan ekonomi Bangladesh. Akan tetapi pada tahun 1990-an Bangladesh mampu meningkatkan pertumbuhan Gross Domestic Product (GDP) pada kisaran 5%. Adapun strategi yang dilakukan Bangladesh pada saat itu yaitu melakukan reformasi bentuk pemerintahan yang pada awalnya semi autokratis menjadi demokratis parlementer, sehingga hal tersebut juga berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian dan juga sosial di Bangladesh yang menuju ke arah yang lebih baik, ditandai dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mulai bergerak untuk meningkatkan perekonomian Bangladesh. Mengetahui bahwa Bangladesh mampu meningkatkan perekonomiannya dan menepis pandangan pihak-pihak luar yang menganggap sebelah mata pertumbuhan ekonomi Bangladesh kemudian menjadi menarik untuk dikaji guna mengetahui potensi perekonomian Bangladesh.

    Bangladesh memiliki tiga fokus utama sektor ekonomi diantaranya yaitu agrikultur, industri, dan juga jasa. Hal tersebut ditunjukkan pada kontribusi ketiga sektor ekonomi tersebut dalam PDB Bangladesh yang menunjukkan presentase yang cukup tinggi dari sector agrikultur, industry, dan jasa. Pada periode fiscal 2011-2012 pembagian sektor agrikultur sebesar 19.29%, industry sebesar 31.26% dan jasa sebesar 49.45%. Sektor industri memiliki kontribusi besar dalam PDB Bangladesh. Dalam perkembangannya, Bangladesh memiliki beragam sektor industri yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Bangladesh sendiri. Adapun beberapa sektor industri tersebut diantaranya yaitu industri tekstil dan pakaian, keramik, pharmaceuticals, kosmetik, kabel listrik dan fitting, furnitur, dan lain-lain. Sektor-sektor tersebutlah yang berhasil menguasai industrialisasi di Bangladesh.

    Agrikultur menjadi fokus utama kegiatan perekonomian di kawasan rural di Bangladesh. Pemerintah Bangladesh menjadikan sektor agrikultur sebagai prioritas untuk menjamin keamanan pangan, mengurangi kemiskinan, meningkatkan jumlah pekerja, menciptakan sistem pertanian yang menguntungkan, berkelanjutan, serta ramah lingkungan. Bangladesh sendiri memiliki tiga hasil panen utama. Adapun tiga hasil panen utama tersebut yaitu beras, jute, dan teh. Beras sendiri merupakan makanan pokok sehari-hari masyarakat Bangladesh, sedangkan untuk jute dan teh sendiri merupakan hasil ekspor Bangladesh. Sektor agrikultur ini menjadi aspek kunci dalam pembangunan perekonomian Bangladesh, hal tersebut dikarenakan sektor agrikultur berperan besar dalam pertumbuhan PDB di Bangladesh.

    Bangladesh merupakan negara pengekspor tekstil dan pakaian atau Readymade Garment (RMG). Adanya Multi Fiber Agreement (MFA) cukup menguntungkan Banglades, hal tersebut dikarenakan negara-negara pengekspor besar seperti Cina dikenakan kuota ekspor sehingga hal tersebut mempengaruhi investor untuk mencari wilayah yang tidak dikenakan kuota untuk merelokasikan produk-produk mereka. Adanya MFA ini memberikan kuota untuk membatasi kompetisi di pasar global dan sekaligus memberikan kuota pasar yang besar bagi negara-negara berkembang seperti Bangladesh. Pemerintah melihat adanya peluang untuk memperluas ekonomi dari adanya liberalisasi perdagangan, hal tersebut terjadi karena pemerintah melihat kegiatan ekonomi yang berbasis ekspor tekstil dan pakaian lebih menguntungkan yang kemudian pemerintah mengubah substitusi impornya menjadi lebih berorientasi pada ekspor. Pada akhirnya kebijakan tersebut dapat memberikan peningkatan ekspor Bangladesh. Akan tetapi setelah dihapusnya MFA pada tahun 2005, posisi Bangladesh dalam persaingan ekspor tekstil dan pakaian di tingkat global terancam oleh negara-negara lainnya yang memiliki ongkos produksi yang rendah. Hal tersebut dikarenakan tidak adanya kebijakan dan peraturan perdagangan seperti MFA dalam membantu kemajuan ekspor tekstil dan pakaian Bangladesh. Kemudian pemerintah berinisiatif mereformasi kebijakan ekonominya untuk tetap memprioritaskan industri tekstil dan pakaian sebagai fokus utama Bangladesh sehingga sektor RMG mendapat keuntungan terbedar dari adanya reformasi kebijakan yang dilakukan pemerintah Bangladesh.

    Penerapan liberalisasi ekonomi Bangladesh ditunjukkan dengan adanya kebijakan untuk memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk melakukan privatisasi dalam berbagai sektor. Yang mana kemudian liberalisasi ekonomi ini membawa Bangladesh ke arah yang positif, dengan Foreign Direct Investment (FDI) dan juga adanya peran perusahaan domestik maupun internasional yang berpengaruh terhadap perjalanan pembangunan ekonomi di Bangladesh sehingga dapat mengembangkan sektor industri, jasa, dan juga akses perdagangan. Berhasilnya penerapan liberalisasi ekonomi dan pengaturan kebijakan dari pemerintah kemudian membawa dampak positif dimana Bangladesh dapat terlepas dari jebakan hutang dari negara-negara lain yang kebanyakan menyerang negara-negara berkembang.

    Bangladesh memiliki tiga fokus utama sektor ekonomi diantaranya yaitu agrikultur, industri, dan juga jasa. Yang mana ketiga sektor tersebut memiliki kontribusi besar dalam PDB Bangladesh. Dalam sektor industri sendiri Bangladesh memiliki beragam sektor industri yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi di Bangladesh yang mana salah satunya yaitu Readymade Garment (RMG) atau industry tekstil dan pakaian. Bangladesh sendiri menjadi negara pengekspor RMG. Untuk mempertahankan eksistensinya dalam persaingan global, Bangladesh cukup terbantu dengan adanya MFA yang memberikan kuota bagi negara-negara pengekspor besar agar negara-negara berkembang dapat tetap bersaing di tingkat global. Hal tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah Bangladesh sehingga akhirnya melahirkan kebijakan yang berfokus pada kegiatan ekspor dan juga membuka peluang investasi bagi pihak swasta yang mana hal tersebut sebagai bentuk penerapan liberalisasi ekonomi yang dilakukan oleh Bangladesh. Selain sektor industri, sektor agrikultur juga menjadi aspek pertumbuhan ekonomi Bangladesh terutama di kawasan rural yang menjadikan Bangladesh sebagai negara pengekspor jute dan teh. Selain ditunjang oleh kegiatan industri maupun agrikultur, peran kebijakan pemerintah juga berperan penting dalam kemajuan perekonomian Bangladesh sehingga Bangladesh dapat mengembangkan perekonomiannya serta memiliki potensi perkembangan ekonominya.

Daftar Pustaka

Wicaksono, Hafiz. “Strategi Bangladesh dalam Mengurangi Bantuan Luar Negeri”, Jurnal Analisis Hubungan Internasional, Vol. 7 No. 2, Mei 2018. Hal. 140.

Raini, Ni Wayan. “Pengaruh Peningkatan Ekspor Readymade Garment (RMG) Terhadap Kualitas Hidup Buruh Perempuan di Bangladesh Tahun 2005-2010, Tesis Magister(S2), 2012, hal. 79.

Onneshan, Unnayan. “Industrial Sector of Bangladesh: Status Quo or Re-visioning?”, Bangaldesh Economic Update, Vol. 4, No. 2, February 2013: 1-19, hal. 2-3.

Rahman, Md. Tahidur “Role of Agriculture in Bangladesh Economy: Uncovering the Problems and Challenges”, International Journal of Business and Management Invention, Vol.6, No.7, July 2017:36-46, hal. 37.

Oleh Oktavian Cahya Azhim Saputra, Mahasiswa Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sejarah Regionalisme Wilayah Kawasan Asia Selatan (SAARC)

     SAARC atau South Asia Association for Cooperation adalah sebuah organisasi regional yang berada di Asia Selatan yang berdiri pada 8 Desember 1985. beranggotakan negara negara di Asia Selatan antara lain adalah India, Pakistan, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, Bangladesh, Maldives dan juga Afghanistan, Organisasi ini dibentuk dikarenakan masalah masalah yang berada di Kawasan Asia Selatan tidak bisa hanya diselesaikan dalam lingkup domestik saja, melainkan membutuhkan bantuan dari negara negara tetangga terutama dalam satu kawasan regional. Presiden Bangladesh yakni Ziaur Rahman adalah salah satu pelopor berdirinya SAARC dan kemudian diadakan beberapa pertemuan di beberapa negara hingga pada 8 December 1985 SAARC resmi dibuat dan memiliki kantor pusat di Nepal .      Pembentukan SAARC sejatinya disebabkan oleh beberapa factor, salah satunya dilatarbelakangi oleh negara-negara Asia Selatan yang tidak dapat mengelola sumber daya manusia dan alamnya yang melimpah secara memadai. Selain itu

Pengaruh Pertumbuhan Penduduk di Kawasan Asia Selatan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

     Asia Selatan merupakan wilayah yang menempati sebanyak 3,4 persen saja dari luas daratan yang ada di dunia, wilayah Asia Selatan ini merupakan rumah bagi sekitar 24 persen dari populasi dunia dan hal tersebut menjadikan Asia Selatan menjadi tempat yang begitu padat penduduknya. Banyaknya isu kemiskinan yang sedang menjadi perhatian utama dari setiap negara termasuk wilayah Asia Selatan, dimana tingkat dari pertumbuhan penduduknya yang begitu tinggi dan ketidak adanya kesejalanan dari pertumbuhan ekonomi dan hal tersebut menjadi buruk dan dapat membuat banyak orang akan mengalami kondisi kemiskinan.      Dalam segi sejarah, fenomena kemiskinan dapat dikaitkan dengan beberapa tingkatan pendapatan. Dimana ketika seseorang dapat dikatakan memiliki kekurangan dalam segi perekonomian dan juga kehilangan sumber daya yang dibutuhkan yang digunakan untuk bertahan hidup seperti makanan, barang, dan juga fasilitas yang digunakan. Dalam lingkup internasional seperti yang telah disebutkan Worl

Karaktertistik kawasan Asia Selatan

Asia Selatan merupakan suatu wilayah di sisi selatan benua Asia, wilayah ini terdiri dari daerah-daerah di sekitar anak benua India. Wilayah Asia Selatan sejatinya berbatasan dengan Asia Barat, Tengah, Timur serta Tenggara. Wilayah ini terdiri dari delapan negara berupa; India, Pakistan, Bangladesh, Bhutan Afghanistan, Maladewa, Nepal, serta Sri Lanka. Negara-negara yang berada pada kawasan Asia Selatan rata-rata merupakan negara berkembang dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga tidak aneh jika kawasan Asia Selatan merupakan salah satu wilayah terpadat di dunia. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa potensi kawasan Asia Selatan yang cukup menjanjikan sebagian besar dikarenakan sumber daya alam dan manusianya. Asia Selatan adalah produsen beras terbesar yang produsen itu berasal dari India, Bangladesh dan Pakistan. Sorgum, kapas, gandum, dan tebu juga terbilang umum di Asia Selatan, khususnya India dan Pakistan. Industri pariwisata Asia Selatan juga mulai tumbuh dan berkem